Jumat, 07 Juni 2013

Adat istiadat dayak yang mulai menghilang


Nama             :      Asterina erna
Nim               :      611200135
Kelas              :      B-pagi
Prodi               :      P.Tik
Mata kuliah     :      ISBD

                    RUMAH Panjang yang terdapat di Kecamatan Samalantan Kabupaten Bengkayang merupakan salah satu aset pemerintah untuk dijadikan objek wisata. Rumah adat Dayak ini berdiri megah di kaki bukit dengan hamparan sawah hijau di sekelilingnya. Keindahan seni bentuk dan berbagai karya patung berada di dalam bangunan itu. Hanya saja tempat wisata ini kurang populer dan jarang dikunjungi oleh para wisatawan. Hanya pada acara tertentu saja rumah panjang dijadikan sebagai tempat kegiatan seperti acara ritual keagamaan dan naik dango bila musim panen tiba. Sehingga pada hari-hari biasa obyek wisata itu sepi pengunjung. Selain itu rumput-rumput panjang sudah mulai menghiasai lingkungannya.

                 Bangunan yang ada taman dan kolam, tersebut sayang bila tidak terurus dan ditata lebih baik lagi. Karena bangunan itu melambangkan suatu kekhasan daerah dan jarang ditemui di tempat-tempat lainnya. Kalau pun ada di daerah lain tentu tidak sama persis dengan rumah panjang Samalantan.
                 Untuk kelestarian rumah adat tersebut Pemkab harus serius menangani, sehingga keberadaan bangunan itu selalu terawat dan tertata rapi. Apalagi letak rumah panjang sangat strategis, jika warga yang akan pergi ke Kabupaten Bengkayang-Kota Singkawang harus melewati Samalantan. Letak bangunan itu sekitar 300 meter dari jalan provinsi, sehingga dapat dilihat bila warga melintas dengan kendaraan.
                      Adat istiadat yang di tekunin dan di peluk oleh nenek moyang dari dulu. tahun ketahun mulai menghilang.  Setiap gawai dayak (naik dango). dulu di selengarakan dengan meriah di rumah adat itu. Tapi 2 tahun belakangan ini sangat tidak meriah. Bahkan tahun 2012 kemarin tidak di rayakan sama sekali. Budaya di samalantan sudah berkurang. Adat istiadat sudah hlang sedikit demi sedikit. Dulu mayoritas masyarakat samalantan sangat erat dan dekat dengan adat istiadati. masyarakat Sangat bersemangat  mengelar naik dango, Teapi sekarang. Satu persatu warga meningalkan adat karna kurangnya dana dari pemerintah. Dan malasnya melihat panitia seenaknya saja mencaari duit dari naik dango tersebut. Jadi nya rasa kekeluargaan dan kebersamaan itu sudah menghilang.
                     Di tambah pengaruh lain misalnya saat naik dango di adakan. Bersamaan dengan gestrek motor di pasir panjang, otomatis warga lebih mengejar gestrek dari pada naik dango di samalantan. Karna menurut pendapat warga, naik dango di selengarakan tiap tahun dan acaranya sama aja gak ada yang berubah itu itu saja jadi mereka meraasa bosan dan pengen menonton yang lain. Jadi nya mereka lebih memilih gestrek di bandingkan ikud acara naik dango.
                       Dan juga di rumah panjang/rumah betang Cuma ada hiburan orgen tunggal dengan pakaian yang sopan. Sedangakan di tempat lain ada hiburan band 99 yang penyanyi dan penari nya hanya memakai busana mini-mini. Jadi banyak orang yang menonton band 99 dengan lagu music yang lebih modern dan masa kini di bandingkan orgen tunggal yang menyanyika lagu-lagu dayak daerah. Dari surpey tersebut banyak orang yang menciptakan lagu dayak pop dangdut kereatif. Yang di campur-campur dengan music dandut dan rock di iringi dengan gitar,dram,orgen dan alat music modeen yang lain nya.  Padahal music dayak sebenarnya hanya di iringi dengan gitar sape,gonk besar,gong kecil,suling,dan alat music lainya kas dayak. Tapi di jaman saat ini sudah berubah semua. Semua di kolaborasikan dengan yang modern dan yang saat tenar-tenarnya. Banayak hal yang bisaa mempengaruhi budaya di samalantan. Yang saya takut kan budaya dayak itu akan hilang seiring nya berjalanya waktu. Karna semua masarakat beralla ala masa kini bukan masa dulu. Cara mengatasi nya warga harus sadar betapa indah dan uniknya budaya dayak.   
                          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar